Naymah Nasution

Minggu, 09 September 2018

Terimakasih Banyak Papua 🤗

Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarokatuh.

Finally i'm done! 2 tahun lamanya saya mengabdi di tanah timur Indonesia ini. Gak kebayang sih bisa sampe sini. Dulu sewaktu detik-detik pembagian lokus daerah penempatan pas pembekalan di Pusdikkes Jakarta, saya berdoa tuh semoga dapat penempatan di Sidoarjo, Jawa Barat. Kebetulan pas di batch kita (batch IV) ada lokus disana. Setiap saat setiap hari saya berdoa tuh biar dapat disana aja. Saya gak bisa ngebayangin kalau nantinya dapat yang jauh. Boro-boro Papua dah, Kalimantan sama Sulawesi aja udah kejauhan menurut saya.

Tapi Allah berkehendak lain. Pilihan yang menurut saya bagus tuh disana, beda dengan pilihan Allah. Dan memang pilihan tepat yang Allah berikan saya dapat penempatannya di Papua. Mungkin Allah bilang gini dulu sewaktu saya berdoa "Ya ampun nay, sekali-kali tu kamu berkelana jauh dulu, merasakan kehidupan orang lain yang tidak sama dengan kehidupanmu. Kamu rasakan dulu gimana susahnya hidup. Gak ada sinyal, gak ada listrik, gak ada makanan. Kamu harus berjuang dulu."

Sedikit bercerita nih tentang pilihan manusia dan pilihan Allah. Gak selamanya pilihan kita tu yang terbaik buat kita. Pilihan kita belum tentu terjadi tapi pilihan Allah udah pasti terjadi. Sebaik-baiknya pilihan adalah pilihan Allah Subhanahu wa ta'ala.
Coba kalo saya gak di Papua, beeehhh, mana bisa saya merasakan kehidupan anak papua, makanan khasnya, budayanya, kebiasaan mereka dan pastinya keindahan alam di dalamnya. Walaupun gak banyak yang saya kunjungi, tapi Alhamdulillah lumayan la untuk perjalanan Indah selama berada di tanah Papua ini.
Beberapa daerah yang saya kunjungi itu : Manokwari (ibu kota provinsi Papua Barat), Kota Sorong, Waisai, Raja Ampat, Tambrau dll.

Banyak experience yang saya dapat disetiap daerah yang saya kunjungi dan wisata alamnya juga keren buangeeeet! Ternyata inilah pilihan terbaik yang Allah berikan. Saya ingat, dulu saya pernah bermimpi kepengen banget suatu hari nanti saya bisa bertemu langsung dengan orang-orang asli Papua. Saya pengen tahu gimana kehidupan mereka. Saya pengen ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Dan oh my GOD, ini nyata terjadi.

Gak terasa waktu berjalan begitu cepat walaupun dijalankan begitu lama karena semua proses yang ada disini gak mudah, gak gampang, butuh persiapan diri yang gak cuma persiapan fisik dan pikiran tapi juga hati. Ini experience yang sesungguhnya yang dilalui disini. Saya memang tidak sendiri, saya disini bersama dengan tim. Kebetulan kita ada bertujuh. Dan itu yang gak mudah dilalui dengan 7 orang yang isi kepalanya beda, dengan sifat dan sikap yang sangat berbeda, dari suku dan daerah yang berbeda juga yang disatukan dalam rumah dinas yang 24 jam berinteraksi terus selama 2 tahun.

Alhamdulillah, akhirnya saya lulus juga melalui segala hal yang ada disini. Allah lah sebagai saksi gimana perjuangan ini dilalui. Allah lah yang maha menilai semuanya. Saya jadikan sebagai bahan pembelajaran ke depan. Buruk, salah dan khilaf yang dilakukan baik sengaja atau tidak adalah urusan kita kepada sang Khalik yang pasti tetaplah berbuat baik/bersikap baik pada semua orang. Karena urusan di dunia ini di selesaikan di dunia. Allah maha mengetahui, maha pengasih lagi penyayang.
Hablumminallah. Hablumminannas 🤗😇

Puji dan syukur yang tiada hentinya terucap baik lisan maupun dalam hati untuk semua kebaikan, keberkahan dan rahmat yang Allah berikan selama saya berada di tanah Papua ini. Dipertemukan dengan orang-orang yang baik, tulus dan bisa menerima saya apa adanya. Padahal saya siapa? Keluarga bukan. Saya bukan siapa-siapa mereka. Gak terlintas di pikiran saya mendapatkan ini semua. Rasanya kayak mimpi. Alhamdulillah yaa Allah. Terimakasih yaa Rabb 😇

Terimakasih buat Paman Jhon (Kepala Puskesmas) beserta istri Kak Natalia (teman seprofesi) yang menerima kami selama berada di wejim, bagiin kami ikan gratis dll.

Terimakasih buat masyarakat wejim yang telah menerima kami selama berada di kampung wejim, bantuin kami angkat barang-barang dari kapal, bagiin kami ikan, sayuran, rica dan pisang. Kalian bukti nyata bagi saya kalau masyarakat Papua itu baik, ramah dan santun. Saya berdoa semoga Allah memberikan kehidupan yang layak untuk kalian semua Pace dan Mace. Semoga dengan adanya jaringan internet sekarang ini, mulai berkembanglah daerah wejim ini meski jauh dari kota, meski harus menempuh perjalanan lautan berjam-jam lamanya. Tetaplah tinggal di tanah kelahiran kita sendiri, Indonesia. Jagalah setiap pulau-pulau yang ada di dalamnya. Tetap berlakukan sistem SASI di darat dan di laut agar terjaga kelestarian alam dan ekosistem lautan. (SASI = larangan pengambilan hasil alam dan laut yang sembarangan/tidak tepat/merusak). Esok, listrik akan disalurkan. Pembangunan dermaga direalisasikan. Berkembanglah sesuai apa adanya kalian. Tetaplah jadi masyarakat yang sederhana, santun dan apa adanya. Welcome lah untuk pendatang yang bertujuan untuk membangun. Kritislah dan waspadai untuk pendatang yang berniat merusak atau mengambil keuntungan pribadi. Saya bangga, terharu dan merasa terhormat bisa menjadi bagian dari kalian selama 2 tahun ini. Terimakasih sudah menghormati dan mengerti bahwa kita beda keyakinan tapi kalian masih menghargai apa yang dilarang dari keyakinan kami. Jika suatu hari nanti kita bertemu lagi di lain waktu dan tempat, camkanlah dalam hati kalian kalau saya pernah jadi suster kalian di wejim, tegur sapa bahkan coleklah saya jikalau saya tiba-tiba lupa. In Syaa Allah saya akan ingat semua kenangan selama saya berada di wejim.

Terimakasih Citra dan Mace (mama citra) yang selalu berbaik hati memberikan tumpangan rumah selama berada di Kota Sorong. Semoga Allah membalas kebaikan Mace dan keluarga 😇

Terimakasih Mama Caca, Bapak, Mama Mila, Nenek, Kak Nur, Kak Ima, Kak Cika, Melani, Azam, Ifah, Dayat, Amalia, seluruh keluarga baru yang saya temui di Kota Sorong, Ma Syaa Allah kalian adalah keluarga terbaik yang saya temui di Papua. Terimakasih atas segala kebaikan hati dan ketulusan yang kalian berikan, saya sudah diterima dan dianggap sebagai keluarga sendiri. Semoga Allah membalas segala kebaikan kalian, dimurahkan rezeki, dipermudah segala urusan dunia, sehat selalu, keberkahan dalam keluarga. Speechless, gak tau mau ngomong apa saking bersyukurnya bisa mengenal kalian semua. Yaa Allah berkahilah keluarga mama angkatku di Sorong, Papua Barat. Buat Dayat, Amalia, Melani, Azam dan Ifah, rajin-rajin terus belajarnya, jadilah anak yang berguna bagi keluarga dan sekitarnya, capailah cita-cita yang kalian impikan. Semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi dilain waktu dan cerita baru.

Terimakasih buat mas trio yang selalu membantu, memberikan nasehat, bersikap netral dan apa adanya.

Terimakasih buat mas Iffan yang selalu membantu selama di Papua. Selalu mau di minta tolongin beli ini dan itu.

Terimakasih buat bang Rusli atas bantuannya selama ini di Papua.

Terimakasih Yuni, temen sekamar 1 tahun terakhir di Papua yang buat suasana semakin berwarna dan banyak hal yang kita lalui, sedih, senang, badmood udah khatam rasanya dan buat saya semakin berfikir kalau di dunia ini banyak sekali perbedaan dan itu yang membuat kita harus semakin dewasa dalam menyikapi berbagai hal. Saya banyak belajar juga dari kamu selama ini tentang artinya sahabat. Tak harus sama yang menjadikan kita bersama karena berbeda juga dapat menyatukan. Justru dari perbedaan itu kita belajar banyak hal tentang warna persahabatan. Sehat selalu yaa, yun. Muah.

Terimakasih Arafah atas bantuan urusan dapur selama kita masak dulu, saya banyak belajar dari kamu, sikap dewasamu. 

Terimakasih Wanda, keceriaanmu bisa membuat suasana di rumah dinas jadi ramai.

Banyak pelajaran yang saya dapatkan disini. Walaupun gak terucap, jauh dalam lubuk hati saya menyayangi kalian semua.

Hingga esok kemana lagi langkah kaki ini menuju, kisah kita saya jadikan pengalaman hidup untuk bisa lebih baik lagi. Mari kita sukses bersama teman-temanku 🤗🤗😊

Buat Al yang masih memulai berjuang di Wejim, semoga sehat terus, semangat terus, jangan tinggalkan ibadahnya.
In Syaa Allah 2 tahun itu akan terasa cepat.

Bagiku, Papua adalah salah satu tempat yang menjadi saksi yang membuat aku berubah. Pengalaman hidup yang berkesan dan tak terlupakan. Bahagia sekaligus bangga bisa menginjakkan kaki di bumi Cendrawasih ini.

Sekali lagi, terimakasih yaa Allah atas kesempatan ini bisa menyentuh alam Papua secara langsung, bisa merasakan sentuhan udara di tanah timur Indonesia, tempat matahari terbit.
.
.
.
Untuk dikenang ✨

Papua Barat, 9 September 2018


                                           Naymah Nasution

Sabtu, 18 Agustus 2018

PERNIKAHAN 🎉

Pertama saya mau bilang "selamat baper" bagi yang mudah baper saat baca tulisan saya kali ini. Yup! PERNIKAHAN !

Saya mau ngebahas tentang pernikahan. Tapi sebelum saya mengutarakan bagaimana pendapat saya tentang pernikahan, saya sengaja mewawancarai (cie begaya banget pake acara wawancara 😀😂) teman-temen cowok (literally, just man!) tentang gimana sih pendapat mereka tentang pernikahan itu. Kenapa cuma minta pendapat cowok, nay? Kenapa? Karena dalam urusan pernikahan merekalah yang menyatakan "will you marry me?"
Loh loh loh, tapi kan nay zaman sekarang gak harus cowok kok! Cewek juga bisa kok. Sekarang kan zamannya emansipasi wanita. Oke oke oke, nanti kita bahas yess! Mari kita lanjuuuut....

Saya udah bertanya ke 3 orang cowok (disini nemunya cuma 3 orang 😂) tentang bagaimana pendapat mereka tentang pernikahan. Jelas memang dari ke 3 orang ini gak bisa meratakan jawaban para cowok-cowok di muka bumi ini ya, tapi gak ada salahnya kan kita tahu gimana pendapat mereka agar sedikit kita bisa tahu juga apa sih yang di pikiran cowok tentang pernikahan itu. Pastinya akan berbeda pendapat di masing-masing cowok. Tapi buat pembaca wanita, bisalah sedikit menganalisa jawaban dari ke 3 cowok yang saya wawancarai ini. Yaelaa dah, gayanya menganalisa 😂. Etdaaaah ni bocah 😅😅

Ini dia pendapat dari mereka :
1. Man (A) :
Menurut dia, pernikahan itu menyatukan 2 keluarga yang berbeda latarbelakangnya. Jadi bukan persoalan cinta-cintaan mulu' antara kedua mempelai. Seorang suami harus bisa menghidupi keluarga dan mendidik istri serta anak.
Tipe istri idamannya itu yang seagama, keibuan, bisa berbaur dengan keluarga, bisa masak dan gak cerewet.
Menurutnya, sebaiknya cowok itu menikah di umur 27 tahun ke atas karena lebih matang.
Untuk cewek baiknya menikah di umur 25 tahun ke atas tapi jangan sampai umur 30 tahun ke atas.
Pendapatnya tentang cewek yg belum menikah di umur 30 tahun ke atas itu, kemungkinan orangnya tertutup, gengsi atau bahkan ada kesalahannya terhadap orangtuanya sehingga menyebabkan jodoh susah datangnya.

2. Man (B) :
Menurutnya, pernikahan itu adalah sesuatu yang sakral. Merupakan sunah Rasul jadi harus dilaksanakan. Dia maunya menikah dengan sesama suku karena itu pesan dari kedua orangtuanya.
Tipe istri idamannya itu harus seiman, cantik, BB nya standar (jangan gemuk2 banget la nay, gitu katanya), penyayang suami dan keluarganya.
Menurutnya, cowok itu bagusnya menikah diumur 28-35 tahun.
Kalau untuk cewek, sebaiknya menikah di umur 25-30 tahun karena lebih matang untuk mengurus rumah tangga.
Pendapatnya tentang cewek yang belum menikah di umur 30 ke atas itu karena cewek tersebut terlalu fokus akan duniawi, mungkin memilih yang terbaik atau terlalu pemilih dan katanya kalo bisa disegerakan.

3. Man (C) :
Menurutnya, pernikahan itu adalah ibadah yang harus kita laksanakan di dunia, mengikuti sunah rasul dan membangun komitmen diantara 2 orang yang berbeda jenis, sifat, pemikiran dan kebiasaan.
Tipe istri idamannya itu yang bisa dijadikan sebagai teman, pendengar yang baik, sayang sama orangtua dan gak manja.
Menurutnya cowok itu bagusnya menikah ketika telah matang pola pikirnya, sudah ada pekerjaan karena perlu untuk menafkahi istri.
Kalau untuk cewek, sudah bisa menikah setelah selesai SMA biar terhindar dari fitnah. Karena cewek itu akan jadi ibu rumah tangga, jadi gak perlu bekerja.
Pendapatnya tentang cewek yang belum menikah sudah umur 30 tahun ke atas itu mungkin ada beberapa faktor yaitu trauma, pemilih atau pencari yang sempurna dan mungkin sibuk untuk diri sendiri.

Nah itu pendapat dari ketiga teman saya tentang pernikahan. Buat teman-teman bisa menilai sendiri jawaban dari mereka. Siapa tau bisa jadi bahan intropeksi diri buat kita juga. (Semoga bermanfaat 😊).
Nah kalo menurut saya ni ya, nikah itu adalah sunah Rasul yang seharusnya kita kerjakan karena itu merupakan ibadah yang banyak pahalanya dan merupakan ibadah terlama selama di dunia juga.
"Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik daripada 70 rakaat yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan)" ( HR.Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu Hurairah).

Dalam urusan pernikahan, kedua pihak sangat berperan penting dan merupakan pemeran utama di dalamnya, sebagai penentu arah ke depannya seperti apa. Itu menggabungkan pemikiran dari keduanya yang akan dijadikan satu tujuan dalam hidup berumahtangga. Satu visi dan misi tapi tetap suamilah yang akan menjadi ketuanya/kepalanya. Sebagai pengatur, pembimbing dan penentu berjalannya kehidupan keluarga tersebut. Istrilah yang sebagai sekretaris dari suami yang melaksanakan setiap tugas dari suami. Ibaratnya pernikahan tu kayak sebuah perusahaan yang di pimpin oleh suami dalam kehidupan keluarganya. Jadi ada tugasnya masing-masing dalam"perusahaan rumah tangga" tersebut.

Nah, pada tau gak kaum adam kalau kaum hawa itu paling gak suka di PHP in ataupun disuruh memulai duluan. Pasti cewek itu menunggu kalimat will you marry me? dari seorang cowok yang dia sukai. Karena cowoklah yang bertugas mengajak/meminta seorang cewek untuk ke jenjang yang serius yaitu nikah. Cewek bisa apa? Cewek menunggu, berdoa dan berusaha. Usaha yang dilakukan cewek itu apa? Usaha untuk memperbaiki dirinya agar dijodohkan dengan seseorang yang baik akhlaknya.

(Dari tadi saya ngomongnya cowok, cewek, yaudah saya ganti yaa).

Tapi kan nay boleh tu dalam Islam seorang perempuan yang meminta atau menginginkan lelaki idamannya yang hendak ingin diajak menikah? Seperti bunda Khadijah. Iyaa boleh, tapi ingat ya, ajakan menikah bukan pacaran. Ada aturannya, bukan asal diajak ketemu berdua-duaan. Dan itu pun kita hanya mengutarakan niat, hasil akhirnya nanti pihak lelaki juga yang menentukan dan melaksanakan tindak selanjutnya ke arah menuju pernikahan karena gak semua terwujud nyata. Bisa saja hasilnya seorang lelaki menolak. Sama halnya seperti tukaran cv antara lelaki dan perempuam yang hendak diajak ta'aruf. Gak semua hasilnya menerima. Jadi buat kita yang udah pernah ditolak lewat cv atau yang gagal saat ta'aruf, jangan bersedih, ukhti! 😊 Karena sebaik-baik pilihan itu adalah pilihan Allah Subhanahu wa ta'ala. Menurut kita itu udah termasuk pilihan terbaik untuk kita, tapi beda dengan pilihan Allah. Terdapat dalam Al-Quran yang bunyinya :
"Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah maha mengetahui sedang kamu tidak mengetahui" (QS. Al-Baqarah 216).

Daripada kita berlarut dalam kesedihan, menyalahkan diri sendiri, lebih baik kita muhasabah diri, perbaiki apa yang salah dalam diri kita, minimalisir kekurangan kita, perbaiki ibadah kita, tentunya semakin mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Karena janji Allah itu pasti. Lelaki yang baik hanya untuk perempuan yang baik. Terdapat dalam Al-Quran Surah An-Nur ayat 26 yang isinya :
"Perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga)."

Maka jika kita menginginkan lelaki yang soleh dan akhlaknya bagus, kita juga harus soleha dan memiliki akhlak yang bagus juga. Tapi nay, ada kok pasangan suami istri yang contohnya : si suami soleh tapi si istri ngak dan gitu sebaliknya. Iya, memang ada, karena ada juga pasangan itu adalah ujian bagi kita. Apakah kita bisa bersabar dan mengubah istri/suami kita tersebut ke dalam hal kebaikan atau tidak.  Untuk menuju keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Karena itu proses yang continue selama dalam kehidupan pernikahan.

Sedikit bercerita tentang kisah Firaun dan istrinya Siti Asiah. Dimana jelas kita tahu bahwa Firaun adalah sosok raja yang ingkar kepada Allah sedangkan Siti Asiah adalah wanita yang beriman kepada Allah. Inilah salah satu contoh pasangan suami/istri yang merupakan sebuah ujian bagi kita seorang hamba. Apakah ketaatan kita tetap bertahan kepadaNYA atau malah sebaliknya. Dari kisah Firaun dan Siti Asiah bisa kita ambil pelajaran yang sangat berharga bahwa keikhlasan, kesabaran dan istiqomah berada di jalan Allah itu adalah sesuatu yang bisa kita contoh dan pastinya suatu hari akan Allah berikan nikmat dan karunia kepada kita hambaNYA. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Siti Asiah sempat berdoa kepada Allah sebagaimana termaktub dalam FirmanNYA :
"Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Firaun ketika dia berkata, "Ya Tuhanku bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisiMU dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim." (QS. At-Tahrim : 11)

Itulah keteguhan menggenggam tauhid yang dilakukan oleh Siti Asiah. Sedangkan kita? Kita gak tau kedepannya gimana, rezeki, jodoh, maut bisa kapan saja datang baik itu dengan cara yang baik ataupun buruk. Allah maha mengetahui apa yang belum kita ketahui. Tetaplah Husnuzhon kepada sang Khalik. Apapun yang akan digoreskan Allah untuk kita itu adalah yang sesuai dengan kemampuan kitanya. Tetaplah teguh dan istiqomah dijalanNYA apalagi kita hanya seorang hamba yang biasa-biasa saja bahkan belum ada apa-apanya dibanding Siti Asiah.

Mari bersabar ukh, bagi kita yang belum dipertemukan dengan jodoh. Sama saya jugaaaa (curcol 😂😅). Tetaplah jadi diri kita sendiri, berdoa dan ikhtiar untuk memperbaiki diri.

Ingat,

Allah is ontime! 😊
.
.
.
.
.

Nay, nay, nay! Emang kamu udah gimana? Udah baik? Udah bertemu dengan jodoh? Trus emang kamu gak pernah pacaran gitu?

Nah itu, saya juga sedang memperbaiki diri, sedikit demi sedikit, belum banyak, saya masih belum ada apa-apanya, ilmu yang saya tahu belum ada seperempatnya bahkan masih sangat jauh dari seluruh ilmu agama dan dunia, salah dan khilaf masih berteman akrab dengan saya sampai sekarang. Jodoh yang saya tunggu dariNYA masih selalu saya doakan yang saya sendiri belum tau rahasia apa yang diberikan olehNYA. Saya gak tau yang datang yang baik apa yang buruk. Tapi saya yakin, apapun yang telah digoreskan olehNYA itu sesuai dengan kesanggupan saya. Saya juga pribadi yang dulu pernah pacaran. (Dulu)!

Kita sama, ukh. Sama-sama belajar. Ingatkan saya kalau mulai lupa, salah dan khilaf 😢😇

-Nay-

Sabtu, 28 Juli 2018

Penting Untuk Dijawab

Kali ini saya mau menjawab beberapa pertanyaan dari teman-teman yang literally buat saya senyum-senyum sendiri. Pertanyaan itu menyangkut tentang keberadaan saya sekarang ini. Saya pikir sih mungkin mereka care dan merasa shock aja pas tahu saya berada di Papua, maybe!
Ini beberapa pertanyaan dari teman-teman :
1. Nay di Papua? Kerja di Papua? Ya ampun kok mau?
2. Nay ikut Nusantara Sehat? Emang NS itu jelas?
3. Nay kok bisa sampe ke Papua? Emang gak ada tempat lain?
4. Setelah ikut NS emangnya mau dikemanain lagi?
5. Apa sih yang kamu cari nay? Udah bagus kerjanya malah resign dan memilih NS ke Papua.
6. Udah nay, gak usah nyari duit banyak-banyak!
7. Papua itu kan jauh, nay gak takut? Ngapain jauh-jauh kesana nyari duit? Ditempat kita kan juga bisa.

Masih banyak lagi sih pertanyaannya, itu beberapa yang saya ingat.

Speechless sih pas ditanya di whatsapp, mention atau dm dari teman-teman yang pertanyaannya begitu. Seolah-olah ikut NS itu sia-sia dan hanya ingin mendapatkan gaji yang gede.
Plis, gaji NS itu gak gede kalau dibandingkan perjuangan mempertahankan hidup di daerah penempatan masing-masing yang berbeda tingkat kesulitannya dan pastinya butuh biaya yang gak sedikit juga untuk melangsungkan hidup di tempat yang serba kekurangan. Nusantara Sehat itu bukan sementang gajinya gede tapi itu sebuah perjuangan yang gede! Dan begitu negative sekali pemikiran teman-teman tentang Papua.

Oke, disini saya sedikit bercerita, awalnya sih saya tahu adanya Nusantara Sehat (NS) itu pas penerimaan NS team gelombang 3 atau disebut NS team batch 3. Kebetulan saat itu saya masih kerja di Kemensos, lagi sibuk deadline kerjaan yang gak mungkin saya tinggalkan begitu saja (tanggungjawab eeaa? 😀), lagi seru-serunya sama teman baru yang gokil, rame, heboh dan baik-baik banget, saling membantu dan peduli (anak-anak yang baca ini pasti langsung geer 😀). Tuntutan pekerjaan yang saat itu masih nyantai banget sih, bahkan free time! Pekerjaan yang langsung terjun ke masyarakat, membantu mereka yang kurang beruntung, bisa berbagi dan dekat dengan mereka. Rasanya tuh, kayak mimpi saya yang terwujud gitu, fyi! Dulu waktu masih SMA saya kepengen gitu bisa membantu dan dekat dengan mereka yang kurang beruntung, dekat dengan anak-anak dan berharap bisa meng-influence mereka ke positive thing! Apalagi untuk anak-anak jalanan gitu yang sering dan banyak saya temui di Kota Medan. Bahkan saya punya mimpi pengen buat sekolah gratis untuk anak-anak yang kurang beruntung/kurang mampu dan pengen meminimalisir jumlah anak pengamen di jalanan yang seharusnya waktu mereka dihabiskan untuk belajar dan bermain bukan keluyuran di jalanan.
Gak tau kenapa, saya mikirnya sampe kesitu tanpa berpikir panjang saya dapat dana dari mana?
Hellooo naaaay....!!!

Oke, kembali ke topik! Setelah beberapa bulan berlalu, penerimaan Nusantara Sehat batch 4 dibuka lagi. Kali ini gak tau kenapa, tergeraklah hati dan diri ini ingin ikutan daftar yang berhubung sesuai dengan jurusan juga. Apa salahnya dicoba ya kan? Saya tahu kalo NS akan ditempatkan di DTPK (daerah terpencil perbatasan kepulauan) dan DBK (daerah bermasalah kesehatan) seluruh Indonesia yang pastinya kalau saya diterima pasti akan dikirim kemana aja sesuai permintaan dari Kemenkes dan saya masih ingin tetap lanjut mendaftar, btw!

Banyak yang berpikiran kalau tinggal di Papua itu sesuatu yang aneh dan menakutkan. Papua itu masih wilayah Indonesia kok, apa yang harus di takutkan? Di Papua memang masih banyak banget daerah yang terpencil dan sangat terpencil. Itulah alasan pemerintah menyebarluas/meratakan tenaga kesehatan di seluruh Indonesia melalui program Nusantara Sehat ini. Bermanfaat bukan? Lagi pula hak mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari pemerintah. Seru deh bisa diberikan kesempatan ditempatkan di Papua ini. Saya bisa bertemu langsung dengan masyarakat Indonesia Timur yang biasanya saya lihat di layar kaca. Bisa membantu mereka, saling memberi, belajar bahasa mereka, menggunakan logat bahasa mereka, tahu karakter asli mereka, budayanya, makanan khasnya, tradisinya, dan yang pasti semakin bertambah jalinan tali silaturahmi kita hingga ke timur Indonesia ini, pokoknya banyak banget deh faedahnya.

Banyak yang bilang kalau Papua itu jauh dan kita gak tahu gimana kelakuan orang disana. Ya iyalah jauh, Sumatera ke Papua ya jauh loh gengs, melewati pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTT, NTB, dll. Ya sama halnya juga kalau orang Papua yang ke Sumatera pasti bilang kalau Sumatera itu jauh bangeeeeet. Kalau untuk masalah sikap dan sifat, percayalah setiap insan di muka bumi ini akan bersikap seperti apa kita memperlakukan mereka. Kita jahat, orang lain juga pasti jahat, ya begitu sebaliknya. So, gak usah takut. Selagi kita punya iman dan yakin akan pertolongan Allah Subhanahu wa ta'ala semua bisa dijalani. Bismillah aja. Yakin dulu, yakin lagi, yakin terus. Yakin akan Allah yang Maha Mengetahui apa yang tidak kita ketahui dan Maha Penolong bagi hambanya yang kesusahan.

Trus katanya setelah ikutan NS kontrak 2 tahun itu dikemanain lagi? Alhamdulillah saat ini pemerintah memberikan 2 opsi untuk kita setelah selesai kontraknya 2 tahun. Yang pertama, bisa lanjut NSI (NS Individu) yang penempatannya nanti kita pilih sendiri tapi sesuai lokus yg diberikan oleh pihak Kementerian. Trus opsi kedua, kita diberikan kesempatan lanjut kuliah lagi (tubel = tugas belajar) yang linier dengan jurusan kita. Tergantung kita mau pilih opsi yang mana.
Kalo saya?? I think marriage, maybe! 😂 (aamiin kan yaaa).
Tambahannya kita yang merantau jauh begini Alhamdulillah dapat pengalaman yang unik, berkesan dan seru yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Bersyukurlah! Maka akan Allah tambah 🤗😇

Hayooo, wanna join with us for Nusantara Sehat ?

Rabu, 16 Mei 2018

Beropini tentang Peristiwa Bom di Gereja

Assalamualaikum

Sedih...
Lemas...
Kecewa...
Kesal...
Merasa tidak aman...
Terdiam...
Shock...
Kebayang-bayang sampai larut malam. Serius 😢

Itulah perasaan yang saya rasakan ketika mendengar/menonton berita bom bunuh diri yang terjadi di Indonesia saat ini. Belum lagi diketahui bahwa pelakunya adalah sekeluarga yang beragama Islam. Iya, sekeluarga! Hingga anak-anaknya yang masih kecil yang tidak tahu apa-apa jadi korban dalam bom bunuh diri ini. Sungguh orang tua yang tega.
Apa yang ada di dalam pikiran orangtuanya?
Astaghfirullahaladzim 😭😭

Kita tahu kalau semua agama tidak ada yang mengajarkan kekerasan dalam bentuk apapun itu.
Saya muslim dan saya menyatakan bahwa Islam itu bukan teroris.
Islam itu bukan orang-orang jahat.
Islam itu bukan orang-orang yang membunuh orang yang tidak bersalah.
Islam itu adalah kedamaian.
Kita bisa buktikan itu dalam Al-Quran yang menjadi pegangan hidup umat muslim.

Jadi jikalau ada umat yang beragama Islam yang melakukan aksi bom bunuh diri, jangan salahkan ajaran agama Islamnya tapi salahkan Individu yang melakukan tindakan tersebut.
Kita kaji seperti apa dia melakukan ibadahnya, apakah sesuai dengan syariat Islam atau tidak?
Lihat komunitasnya ataupun perkumpulannya, apakah melenceng dari ajaran Islam atau tidak?
Karena ini jelas sangat berpengaruh besar.

Apa tujuan satu keluarga ini melakukan aksi bom bunuh diri di 3 gereja sekaligus di hari yang sama?
Apakah untuk mati syahid?
Untuk masuk surga?
Jelas tidak akan.
Apakah dengan membunuh umat yang beragama lain yang tidak bersalah akan disebut mati syahid dan masuk surga?
Tidak.
Islam tidak mengajarkan umatnya membunuh dan tidak diperbolehkan bunuh diri.
Dalam Islam tidak akan masuk surga suatu umatnya yang tega membunuh umat lain yang tidak bersalah.
Apakah sekeluarga ini ingin melakukan gerakan mati syahid seperti di Palestina?
Jelas berbeda.
Jangan di samakan.
Berbeda antara Palestina dan Luar Palestina.
Apakah bedanya?
Mari kita lihat dalam Al-Quran surat Al-Mumtahanah ayat 9 yang menjelaskan bahwa "sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim"

Sudah jelas apa permasalahan yang ada di Palestina hingga saat ini sehingga mereka itu bukan disebut bom bunuh diri karena mereka tidak bunuh diri tapi mati syahid.
Jadi orang Palestina yang meledakkan diri di tengah kerumunan tentara Israel yang ingin menghancurkan orang-orang muslim di Palestina itu disebut mati syahid.
Kenapa mereka disebut mati syahid? Terdapat dalam sohih Muslim ketika Nabi bersama sahabatnya dalam perang uhud terkepung oleh Kafir Quraisy yang menyerang dari Mekkah yang di Pimpin Abu Sufyan yang datang ke Madinah untuk menyerang yang saat itu dalam keadaan perang.
Lalu nabi mengatakan "Siapa diantara kalian (sahabat) yang dapat mengusir segerombolan Kafir Quraisy itu akan mati syahid dan masuk surga bersamaku."
Sedangkan yang terjadi di Indonesia saat ini?
Mari kita lihat dalam Al-Quran surat Al-Mumtahanah ayat 8 yang menjelaskan bahwa "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."

Nabi Muhammad SAW membedakan antara umat non muslim yang di Mekkah dan di Madinah.
Jelas karena yang di Madinah damai, Nabi hidup berdampingan dengan mereka sedangkan yang di Mekkah itu perang. Kita lihat kapan damai dan kapan perang. Jangan disamaratakan.
Sudah jelas, bukan?
Kita di Indonesia yang dapat hidup berdampingan kenapa harus dibuat perpecahan?
Indonesia itu memang mayoritas agama muslim tapi tidak semua orang Indonesia itu muslim.
Indonesia itu ada beberapa keyakinan di dalamnya.
Indonesia itu Bhinneka Tunggal Ika. Bukan untuk saling menjelekkan, saling menghina, saling adu domba sana sini. Bukan!
Akan jauh lebih baik jikalau masing-masing dari individu itu saling koreksi diri, memperbaiki diri, melakukan kebaikan dalam diri.
Dalam diri saja dulu.
Bukannya setiap umat beragama tujuan akhirnya untuk mendapatkan surga? Bukannya dalam setiap umat beragama di ajarkan bagaimana caranya untuk masuk surga?
Amalkan. Itu saja.

Melalui tulisan ini, saya menyampaikan bahwa dalam setiap tindakan bunuh diri, aksi bom, teror itu bukan merupakan bagian dari agama Islam.
Islam tidak mengajarkan seperti itu dan saya yakin tidak ada agama mana pun yang mengajarkan seperti itu.
Ketika ada orang yang bilang kalau wanita muslim bercadar itu adalah untuk menutupi kejahatannya itu juga salah. Dalam Islam cadar itu untuk melindungi diri dari pandangan orang lain yang tidak muhrim dan untuk memperbaiki diri.

Kita semua bersaudara, bahkan yang tidak di kenal sekalipun dan bahkan dimanapun berada. Disini saya mau mengucapkan turut berduka cita untuk korban yang ada di dalam peristiwa bom tersebut. Semoga keluarga sabar, tabah dan semakin kuat.
Untuk netijen-netijen di sosmed manapun itu jangan menebar kebencian, jangan saling menyalahkan, dan jangan membuat viral yang aneh-aneh tentang korban dalam ledakan bom karena itu akan menyakiti hati para keluarga korban.

Ingat, terorisme itu penyebar ketakutan. Jadi kita tidak boleh takut. Kita harus kuat, karena kalau kita takut mereka pasti merasa berhasil.
Perlu diingat lagi, kita Indonesia.
Bersatu kita teguh. Bercerai kita runtuh.

Mari kita mulai mencintai. Karena kita Indonesia.

Mungkin sekeluarga yang jadi tersangka ini kurang gaul, kurang jauh mainnya, dan bisa jadi telah dihasut oleh beberapa golongan yang salah yang ingin menghancurkan kedamaian di muka bumi ini.
Hati-hatilah dalam memilih lingkungan dan jangan mudah jadi pengikut dalam golongan tertentu.

Wassalamualaikum wr.wb

_Naymah

Jumat, 04 Mei 2018

Especially for Miyah's Squad 😍😘

Sebelum ikut Nusantara Sehat, kita semua sudah tahu bakal ditempatkan di DTPK, daerah yang terpencil, perbatasan dan kepulauan selama 2 tahun lamanya. Yang tujuannya itu agar SDM dapat merata, tak hanya di kota tapi juga di desa-desa. Selain itu untuk memajukan pelayanan kesehatan di daerah DTPK itu sendiri. Karena setiap kita memiliki hak untuk sehat.

Kami tim NS yang ditempatkan di Papua Barat ada 7 kelompok tim yang akan disebarkan di 7 puskesmas (puskesmas wejim, warwanai, folley, miyah, kwoor, saifi dan seremuk) tepatnya di Kabupaten Raja Ampat, Tambrau dan Sorong Selatan. Selama 19 bulan penempatan, saya baru pernah berkunjung ke puskesmas miyah dan folley. Puskesmas yang letaknya di Kabupaten Raja Ampat merupakan daerah kepulauan, sedangkan yang letaknya di Kabupaten Tambrau dan Sorong Selatan itu merupakan daerah pegunungan ataupun hutan.

Maret 2018 kemaren saya berkunjung ke Puskesmas Miyah yang letaknya di Kabupaten Tambrau. Katanya disana udaranya sejuk, ada pegunungan petik bintang, ada sungai dan air terjun anenderat namanya. Selain itu ada juga Padang Savanna yang indah banget yang letaknya di Kebar. Kalo zaman sekarang katanya Padang Savanna itu merupakan Bukit Teletubies versi Papua Barat yang sekitar 1 jam perjalanan dari Puskesmas Miyah menuju Kebar menggunakan mobil. Lumayan kan untuk refreshing hati dan pikiran 😂😅

Untuk menuju Puskesmas Miyah yang dilalui dari Kota Sorong menghabiskan waktu 12 jam perjalanan menggunakan mobil. Kebetulan kemaren itu teman-teman tim miyah lagi pada di Kota Sorong, dan mereka mau pulang ke puskesmas, saya sekalian ikut bareng mereka ke puskesmas biar ngak nyasar kalo kesananya 😂 karena memang uda ada niatan sebelumnya pengen berkunjung kesana.

Perjalanan yang cukup dan sangat melelahkan menurut saya ya, karena saya itu mabok perjalanan darat. Suka pusing dan mual gak jelas. Kalo di suruh milih, saya lebih memilih perjalanan laut, mau itu pakai kapal laut atau perahu karena lebih asik aja gitu lihat lautan lepas nan biru tapi ya memang resikonya kulitnya jadi hitam 😅

Sesampainya di puskesmas miyah, saya langsung speechless.
Sungguh!
Kami sampai disana sekitar jam 20.00 WIT yang perjalanannya bener-bener melewati hutan, naik turun gunung, samping kiri kanan jurang, jalan yang hanya dilalui satu arah untuk kenderaan beroda empat, yaa horor sih menurut saya. Apalagi yang bawa mobil juga ya sesama kita aja, gak ada supir khusus. Kebetulan kali itu yang bawa mobil dokter Tiopan, yang sepengakuannya kalau dia juga jarang bawa mobil apalagi dengan kondisi jalanan yang sulit seperti ini. Yaaaah, begitulah hidup disini. Harus bisa survive! Lama kelamaan semakin mahir bawanya. Dan mau gak mau ya harus mau. Sulit dan sangat sulit yaa harus dijalani. Begitulah kira-kira pembaca 😊

Anak NS yang ditempatkan di Puskesmas Miyah ada 7 orang dengan masing-masing profesi dan beda daerah. Ada dokter Tiopan yang dari Medan, ada kak Rina yang profesi perawat dari Sibolga, ada Ade Theresia yang profesi bidan dari Bengkulu, ada Iqbal yang profesi farmasi dari Palembang, ada mbak Nimah yang profesi SKM dari Jawa Timur, ada Tri yang profesi kesling dari Jawa Tengah, ada kak Yohana yang profesi gizi dari NTT. Yaaa, dari beberapa daerah yang disatukan dalam satu tim yang harus bersama selama 2 tahun.

Oke! setiba di Puskesmas Miyah, yang selama di perjalanan saya ngerasa kok gak sampai-sampai ya? kok jauh banget sih? kok masuk hutan terus ya? mana rumah penduduknya? Berbagai macam pertanyaan muncul terus di benak saya kala itu. Sesampainya disana rasa lelah selama di perjalanan bukannya langsung hilang tapi berubah menjadi rasa takut dan horor. Why? karena letak Puskesmas Miyah tersebut benar-benar berada di tengah hutan. Yang samping kiri kanan dan depan belakang itu adalah hutan. Iya beneran hutan! Jadi itu Puskesmas dikelilingi hutan dan gak ada satupun rumah warga tapi hanya ada rumah dinas untuk tenaga kesehatan yang tidak ada penghuninya. Teman-teman tim NS Miyah tinggal di Puskesmas tersebut, iya di dalam puskesmasnya. Jadi ada beberapa ruangan kosong di dalamnya yang digunakan sebagai tempat untuk tidur dan menyimpan barang-barang.

Kondisi dari Puskesmas tersebut sangatlah buruk, seperti puskesmas yang terabaikan dan tidak bertuan, penerangan tidak ada, air tidak ada sama sekali. Untuk menunjang kelayakan kehidupan teman-teman disana saja sulit. Belum lagi daerah tersebut jauh dari kota. Sama seperti di penempatan saya, untuk bertahan hidup harus menyiapkan bahan makanan (stok bahan makanan) dari kota dulu, dan seperti yang kita ketahui pastinya yang bisa disiapkan hanya bahan makanan yang tidak cepat busuk, basi ataupun rusak. Tapi enaknya disana masih bisa terjangkau bahan makanan dari kebun. Walaupun hanya seadanya sih. Jadi Alhamdulillah, disetiap kesulitan pasti ada kemudahan.

Dengan keadaan puskesmas yang seperti itu, mau gak mau harus dijalani. Sejauh yang saya lihat, banyak perkembangan yang telah dilakukan oleh Tim Miyah. Mereka berusaha melakukan perubahan di dalam puskesmas yang tadinya pelayanan tidak pernah ada jadinya diaktifin kembali pelayanannya apalagi puskesmas tersebut merupakan puskesmas rawat inap, jadi pasien yang perlu di rawat, mereka rawat di puskesmas tersebut. Kebayang gak sih, itu Puskesmas rawat inap tapi fasilitasnya zonk dengan SDM nya tidak tahu pada kemana. Yang tadinya pelayanan imunisasi tidak berjalan jadi berjalan, begitu juga dengan pusling dan kegiatan kemasyarakat. Jadi saya bisa ngebayangin gimana perasaan temen-temen sewaktu pertama kali menginjakkan kaki disana.

Penerangan yang tidak ada sama sekali mereka usahakan untuk membuat sendiri yang ala kadarnya. Air yang tidak ada, mereka usahakan untuk mengaliri air ke puskesmas dari mata air gitu, selain itu mereka mengandalkan air hujan. Dikarenakan daerah itu merupakan pegunungan, asri dan jauh dari polusi, jadinya air hujannya juga bersih dan bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari, masak misalnya.

Menurut saya yang sebagai pendatang, awalnya akan sulit menerima keadaan disana. Kenapa? Karena mereka tinggal yang bener-bener ditengah hutan, rumah warga jauh, mereka hanya bertujuh di dalam puskesmas dan gak ada pegawai puskesmas lain yang setidaknya care atau prihatin kek sama keadaan disana. Jadi kalaupun ada apa-apa disana, mereka harus siap menyelamatkan diri mereka sendiri. Mau teriak pun gak akan ada yang dengar dan kalaupun ada problem yang mereka temui, mereka atasi sendiri. Mereka kuat! Mereka hebat! Saya salut sama mereka, salut dengan ketegaran mereka. Mereka itu bener-bener orang pilihan yang bisa ditempatkan disana. Orang pilihan Allah yang menurutNya merekalah yang hebat yang bisa ditempatkan disana. Dan gak semua orang bisa kayak mereka, gak semua orang sehebat mereka.

Saya tahu pasti gimana rasanya ditempatkan di daerah terpencil dengan teman-teman setim yang baru dikenal dari berbagai suku dan daerah pula, gak mudah dan gak gampang. Gak semua bisa sependapat, gak semua bisa menerima tapi tetap harus satu tujuan. Tujuan yang dibawa atas nama Nusantara Sehat. Sejauh yang saya lihat, betapa profesionalnya mereka. Sekonflik-konfliknya mereka masih bisa menurunkan ego masing-masing dan tidak diperlihatkan. Bagi temen-temen tim Miyah yang baca blog saya ini, murni apa yang saya rasakan. Saya menulis begini bukan untuk membuat kalian terbang melambung tinggi tapi untuk menyadarkan betapa berharganya keberadaan kita dalam satu tim yang di tempatkan di Papua Barat agar lebih semangat lagi untuk melakukan perubahan, semakin banyak berbuat dengan tulus karena secara pribadi saya juga sedang belajar. Kita sama-sama belajar di tanah Cendrawasih ini. Saya malah banyak belajar juga dari kalian.

Jelas, lingkungan dapat mempengaruhi kita sekian persen. Ketika lingkungan mulai negatif, kita memiliki cara tersendiri untuk menghadapinya tapi tetaplah berdiri kokoh, tegar, melapangkan hati dan menerima segala perbedaan. Kalo dalam bahasa papua katanya "baku baiklah" 😊
Saya menulis seperti ini juga belum tentu saya lebih baik, BUKAN. Bahkan mungkin saya jauh lebih buruk. Tapi ini juga sebagai self reminder saya untuk survive di penempatan saya juga dan saya bagikan untuk temen-temen saya yaitu kalian TIM MIYAH 😘

Terkadang tu ya, dalam diri kita itu keluar sendiri penyemangat, motivasi yang terkadang juga ada saatnya sisi rapuhnya kita keluar. Ketika sisi rapuh muncul, kita berusaha untuk mengubahnya maka muncullah penyemangat dalam diri kita sendiri. Yaa, diri kita sendiri yang berperan penting dalam menyemangati kita walau terkadang butuh juga semangat dari orang lain apalagi kita perempuan yang butuh dimengerti, didengerin dan diperhatiin, eh kok saya malah curhat 😅 hehehe. Bukan kok. Intermezo aja 😂

Kita mungkin tidak satu kelompok, tidak serumah, tidak terlalu banyak yang saya tahu tentang kalian, tapi saya banyak belajar dari kalian selama kita bersama-sama. Ketika kita sama-sama di kota, tetaplah kita menjalin tali silaturrahmi ya, Ade Theresiaku sayang terkuat, Mbak Nimahku terlucu terkoplak terbaik, Kak Rinaku termodis terhitz tercantik, Adek tri-ku terheboh terempong terlucu tergemesh terngakak, Iqbal tercuek terdiam terunik, Abang Tiopan terkeras terpeduli, kak Yohana terdiam. 👬👭👭

One day, saya bakal merindukan kalian setelah berakhirnya 5 purnama ini. Saya bakal merindukan kenangan yang pernah kita ukir bersama, dirumah kontrakan, di tempat makan, di ramayana, di mobil dinas, di waisai, di folley, di misool, di miyah, di air terjun anenderat, di pegunungan petik bintang, di padang savanna, saat mendaki menuju puncak, saat makan di Sasana beach, saat rempong ngambil foto, rempong buat video vlog, saat hebohnya jadi tim nasi, sambel dan sayur, saat heboh mau fitting baju. Ah semuanya lah 😍😘

Sehat-sehat untuk kita semuanya yaa di sisa-sisa masa pengabdian ini. Semoga kedepannya semakin lancar dan berkah kehidupan kita, baik itu rezeki, jodoh dan jalan kehidupan yang akan kita lalui masing-masing nantinya.
❤Naymah

Panjang banget yaaa? Maafkeun 🤗😇 Semoga yang baca gak bosen yaa! 🤗

Sabtu, 28 April 2018

Beropini tentang Puisi Ibu Sukmawati 😇

Sebagai warga negara Indonesia yang memiliki hak bebas untuk berpendapat, kali ini saya mau ngebahas tentang Puisi Ibu Sukmawati yang lagi viral-viralnya. Mungkin saya telat ngeposting ini kali ya, tapi gak apa-apa la ya. Sebelum itu, mari kita telaah dulu isi dari Puisi beliau.

"IBU INDONESIA"
Aku tak tahu syariat Islam
Yang ku tahu sari konde Ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus wujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
Lihatlah Ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing Supaya kau dapat mengingat kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi dan kreatif
Selamat datang di duniaku
Bumi Ibu Indonesia

Aku tak tahu syariat Islam
Yang ku tahu suara kidung Ibu Indonesia sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan adzanmu Gemulai gerak tarinya adalah ibadah Semurni irama puja kepada Ilahi
Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun Canting menggores ayat-ayat alam surgawi
Pandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala
Riwayat bangsa beradab ini
Cinta dan hormat kepada Ibu Indonesia dan kaumnya.
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

Begitulah isi dari Puisi beliau.
Huuuuuft.
Pertama kali saya lihat videonya itu di youtube, pas nonton dan dengar isi puisi Ibu tersebut, saya langsung googling "Profil Ibu Sukmawati".
Saya coba mencari tahu, beliau menganut agama apa. Walaupun saya tahu beliau memang beragama Islam, barangkali saya yang salah makanya saya mencari tahu kepastiannya lagi. Dan benar, beliau memang menganut agama Islam.
Maaf, bukannya apa-apa. Tujuan saya mencari tahu apa agama beliau karena dalam puisi karangannya tersebut, beliau mengaku...

"Tak tahu syariat Islam?"
Ya kalau misalnya tak tahu syariat Islam ya sudah biar Ibu sendiri saja yang tidak tahu dan setidaknya jangan sampai membuat hati banyak Muslim jadi bersedih terhadap isi puisi karangan Ibu.

"Beliau terusik dengan alunan adzan?"
Di Indonesia menganut beberapa keyakinan ataupun agama. Dan setiap agama memiliki cara tersendiri dalam beribadah. Alunan adzan itu merupakan suara termerdu bagi kaum Muslim dan merupakan panggilan untuk sholat. Dan suara adzan itu dalam Islam memang harus keras, pertanda memanggil kaum muslim yang sedang sibuk berkarir/bekerja untuk bersegera beribadah. Begitulah di Islam, bu! Dan kalau ada agama lain yang dalam ibadahnya mesti dengan cara mereka sendiri, ya itu memang prinsip ataupun cara mereka beribadah. Bebas! Dan Indonesia itu mayoritas Islam, bu! Jika ada yang keberatan dengan suara adzan, bagaimana kalau ada juga yang keberatan dengan agama lain dalam melakukan ibadahnya? Bagaimana perasaan kalian yang beragama lain ketika cara beribadah kalian dipermasalahkan? Nah, begitulah dengan muslim.

"Beliau kagum pada aurat yang tergerai dan merasa resah dengan muslimah?"
Bu, jika memang Ibu kagum dengan aurat ya ngak apa-apa. Tapi jangan sampai melukai hati kami yang berjilbab ini dengan puisi yang Ibu bacakan tersebut. Indonesia itu kan gak semua berjilbab, gak semua bercadar. Ya kalo misalnya ada orang yang berjilbab dan dia orang Indonesia, ya karena memang dia orang Indonesia.

"Beliau mengatakan aurat yang tergerai adalah kecantikan yang asli dari bangsa Indonesia?"
Memangnya standar cantik itu apa bu? Ya kalau ada yang berjilbab, bercadar, berkonde, atau bahkan rambut terurai ya kalo misalnya cantik dari lahir dan orang Indonesia juga ya Indonesia aja bu.

Itulah beberapa pertanyaan saya setelah mendengar isi puisi beliau. Sontak saya langsung merinding.
Bukan! Bukan merinding karena terharu! Tapi merinding ketika tiba-tiba ALLAH murka dan memberikan azab seketika. Bisa apa kita yang hanya sebagai manusia? Dengan lantangnya kita mengatakan seperti itu tanpa sadar kedudukan kita di bumi ini hanya bersifat sementara, tanpa sadar kalau kita ini hanya bagian yang sangat kecil dibanding dari KekuasaanNYA.
ALLAHU AKBAR.

Saya hanya seorang muslim yang bisa dibilang sedih, kecewa, pengen marah pas denger isi puisi beliau, Ibu Sukmawati 😊

Indonesia itu kan memiliki Suku, Budaya, Ras, Agama yang berbeda-beda ya itulah mengapa disebut Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tetap satu jua. Inilah yang sebenarnya membuat Indonesia itu unik. Sebenarnya kecintaan terhadap bangsa Indonesia itu ya "di hati". Ketika ada yang berkerudung, bercadar, matanya sipit, kulitnya hitam atau putih, wajahnya kebule-bulean atau ke arab-araban, ya kalo orang tersebut merupakan orang Indonesia dan cinta Indonesia ya itu hak nya. Walopun seseorang tersebut tidak tinggal di Indonesia.

Untuk menjadi Indonesia itu bukan dilihat dari sari kondenya atau auratnya yang tergerai, tapi bagaimana seorang Indonesia itu bisa menunjukkannya melalui karyanya, bisa produktif melakukan apapun itu untuk negaranya, misalnya seorang pengusaha yang memiliki minimal sebuah usaha lah, yang di dalamnya bisa mempekerjakan orang lain, itu termasuk salah satu mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Seorang guru atau tenaga kesehatan yang sedang mengabdi di pedalaman Indonesia dan masih banyak lagi. Seorang berjilbab pun bisa menunjukkan rasa nasionalisme dan cinta tanah airnya terhadap negara dari tindakan-tindakan nyata. Sebenarnya menjadi Indonesia itu adalah yang menerima segala perbedaan yang ada di Indonesia itu sendiri, ya keBinneka Tunggal Ika nya.

Oh iya, berbicara tentang Hijab/jilbab/cadar. Kita Perempuan dan Muslim pake jilbab itu merupakan suatu perintah dari Allah dalam agama Islam. Bukan kita mengikut-ngikut bangsa Arab. Itu murni dari Agama kita. Dan Islam itu sudah lama ada sebelum Indonesia itu sendiri merdeka. Kita perempuan juga berhak memakai sesuatu yang layak dipandang, sopan, tidak menyalahi norma yang berlaku.
Kita Perempuan, Kita Muslim dan Kita Indonesia.

Banyak sekali berita2 tentang konflik beragama di socmed yang saya sendiri tidak tahu kebenarannya gimana yg tujuan dari berita tersebut juga saya masih kurang tahu. Menurut saya sih, kita sekarang ini sudah di era zaman gadget yang setiap hari menggunakan socmed, punya gadget yang canggih, seharusnya kita sebagai pengguna juga harus canggih, harus smart. Jangan sampai nemu berita/situs gak jelas tentang konflik beragama, jangan langsung ditelan mentah-mentah, jangan langsung menebar kebencian dalam bentuk apapun itu misalnya status atau komentar-komentar yang tidak selayaknya. Seharusnya bisa diselidiki dulu kebenaran, jangan mau terhasut oleh golongan orang-orang yg sebenarnya untuk menghancurkan/memecahbelah negara kita sendiri. Jadilah seseorang yang ketika berbicara/berkomentar itu dapat mengubah pandangan atau pola pikir orang lain lebih baik dan positif. Be smart to use social media yaa, gaes! 🤗

Btw, ini opini saya mengenai puisi Ibu Sukmawati. Kalian yang membaca blog ini dan tidak sependapat, itu hak kalian. Kita berhak bebas mengeluarkan pendapat. Jika ada pendapat lain, bisa di koment di bawah ini ya 👇

Minggu, 04 Februari 2018

Sinyal & Listrik ZONK 😥😌

(Masih bercerita tentang pengalaman hidup di pulau kampung wejim).

Di zaman yang serba canggih ini, serba praktis, pernah gak sih kepikiran gitu dimana kita hidup tanpa ada sinyal internet sedikit pun? Atau sinyal telpon. Gak tau kenapa ya, saya sih ngerasa kayaknya gak mungkin banget gitu ada tempat yang gak ada sinyal sedikitpun. Apalagi di zaman sekarang yang ketika kita butuh atau kepengen sesuatu tinggal "klik tombol".

But, dugaan saya salah. Ternyata masih banyak sisi-sisi daerah di Indonesia ini yang masih jauh dari kata layak sih menurut saya. Bayangkan saja, sinyal dan listrik ngak ada? Hidup seperti apa coba begitu? Katanya MERDEKA sudah 72 tahun. Nah, selama ini apa daerah-daerah yang tertinggal memang tidak ter-deteksi atau ter-akses atau bahkan tidak di jamah lantaran tertinggal? Jadi bagaimana nasib masyarakat di dalamnya? Akses informasi kurang, akses transportasi kurang, bahkan pembangunan daerah dan fasilitas pendidikan juga kurang. Ntah ini salahnya dimana, yang jelas saya gak akan ngebahas kesitu.

Bukannya tidak peduli, tapi rasanya bukan kewenangan saya untuk ngebahas sampai kesitu dan memang malas aja ngebahas tentang politik 😂😂
Yang pada akhirnya berimbas ke tidak layakan kehidupan masyarakat yang ada di dalamnya termasuk saya yang sedang tinggal di daerah tersebut.
Sudah...
Sudah...
Sudah...
Saya mau cerita pengalaman kami yang menghabiskan waktu tanpa ada sinyal dan listrik. Kita tau betul betapa pentingnya "sinyal & listrik" untuk kehidupan. Mungkin untuk sinyal, oke lah ngak ada samasekali. Masih bisa dimaklumin. Tapi gak ada listrik itu wow banget tau gak. Beberapa aktifitas terhambat karenanya.
Jadi masyarakat disini menggunakan genset untuk penerangan. Dan itu pun digunakan di malam hari oleh orang-orang tertentu/kalangan yang punya duit. Kalo gak punya duit ya gak ada penerangan. Dan rata-rata disini masyarakatnya gak ada penerangan.
Itu artinya ekonomi masyarakat disini tergolong rendah.
Belum lagi harga disini tergolong mahal. Kenapa bisa mahal? Bayangkan aja, untuk mengambil barang harus ke kota dulu. Jarak ke kota jauh dan membutuhkan bensin banyak. Alhasil barang yang dijual disini akan lebih mahal harganya ketimbang dibeli di kota.

Awal menginjakkan kaki di tempat ini, terbesit dibenak saya "kenapa masyarakat yang disini mau bertahan di tempat yang sulit begini? Hidup di pulau yang tergolong kecil banget dan terpencil". Seiring berjalannya waktu, pertanyaan yang dibenak saya itu saya jawab sendiri 😁
Siapa lagi yang menempati daerah-daerah pulau di Indonesia ini kalau tidak warga kita sendiri. Harusnya kita bersyukur, masih ada masyarakat kita sendiri yang bertahan dan mencintai daerah tempat tinggalnya meskipun itu jauh dari kata "kelayakan".
Yang mana di zaman sekarang ini banyaknya masyarakat yang berbondong-bondong pindah ke kota yang lahan di kota saja sudah sempit malah tergolong padat penduduk. Bukankah dengan adanya masyarakat yang tinggal di pulau juga merupakan salah satu warga yang menjaga pulau Indonesia itu sendiri?

Semakin kesini saya semakin sadar, sejauh apapun langkah kita berjalan, rumah adalah tempat kembali yang menenangkan dan dirindukan. Begitu pula dengan mereka ini, sudah nyaman dengan kampung kelahiran mereka sendiri walaupun tergolong daerah yang sulit.

Setiap hari rasanya begitu lama waktu berputar. Sehari rasa sebulan. Sebulan rasa setahun. Dan anehnya setiap hari rasanya yang dikerjakan hanya itu-itu saja. Rasanya gak produktif. Bangun, sholat, masak, mandi, kerja, makan, tidur. Begitu-gitu terus setiap hari. Palingan untuk menghilangkan suntuk hanya bisa dengerin musik, lihat galeri foto di hp, main game offline, tidur-tiduran(leyeh-leyeh).

Rasa kesepian itu setiap harinya datang bahkan memuncak. Mau kangen keluarga, jauh! Mau pulang ke kampung? Jauh dan menghabiskan biaya banyak. Belum lagi jadwal dikasi liburnya pasti gak puas sesampainya dikampung dan mikirin mau balik ke Papua lagi rasanya berat! Gak kuat! Mending gak usah pulang! (Kata dilan 😁😂).

Mau kangen pacar? Pacar dari hongkong! Jomblo fii sabilillah ini mahh 😂😂 (padahal masih belum move on).
Ya begitulah rasanya. Mau jalan-jalan keluar, yang dilihat itu-itu saja. Depan, belakang, samping kiri kanan yang ada cuma laut dan ombak. Buat saya sih, alhamdulillah laut itu bonus aja. Saya suka laut, suara ombaknya dan anginnya. Pas duduk-duduk di dermaga sambil menatap laut itu rasanya tenang. Dan biasanya saya sering juga jalan sendirian ke pantai arah ke timur sambil bawa buku dan menulis curhatan apa saja yang saya rasakan saat itu. Lumayan buat hati tenang ❤

Bayangkan saja, untuk 2 tahun ke depannya saya bakal menghabiskan waktu begitu-gitu saja 😥.
Sebenarnya ada satu titik tempat yang bisa digunakan untuk mencari sinyal. Di kampung sebelah namanya Satukurano. Kalau mau kesana hanya bisa jalan kaki. Ya karena disini memang gak ada kenderaan. Jadi untuk pergi ke tempat satu dan yang lainnya ditempuh dengan berjalan kaki. Itu membutuhkan sekitar 30 menit untuk sampai ke kampung tersebut dengan melewati jembatan yang hampir/bakal ROBOH.

Serius, jembatannya horor banget. Salah langkah sedikit ya bisa jatuh ke air rawa. Dan itu jembatan panjang banget tau gak! Foto jembatannya bisa dilihat di instagram saya dan scroll deh tu sampe ke bawah. Uda lama saya posting soalnya.

Memang ya, untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan itu harus melalui banyak rintangan dulu. Ya, seperti mendapatkan sinyal ini. Belum lagi sesampainya di tempat sinyal, kita mesti naik pohon ketapang dulu karena sinyalnya ada di atas pohon ketapang. Dan itu hanya sinyal telpon doaaaaang! Dan perjuangan dapat sinyalnya juga kita mesti menyodorkan hp ke atas dengan posisi headset sudah di pasang dan mulailah goyang2kan tu hp biar nemu sinyal. Nah, pas uda nemu nih, pertahankan posisi tangan dan mulailah menelpon. Geser tangan sedikit, sinyalnya hilang 😂
Iya kalo yang ditelpon langsung angkat, kalo ngak, yaa wassalam. Sudah capek, belum lagi sinyalnya kadang muncul kadang hilang. Hahahaha. Lucu lah pokoknya. Video lagi nyari sinyal juga saya posting di instagram, di scroll aja ke bawah ya 😘 udah lama di posting juga.

Saya juga gak nyangka bakalan merasakan hidup seperti itu. Tapi Alhamdulillah seperti pelajaran hidup aja sih, setidaknya saya bisa belajar banyak dari sini. Saya ngerasa hidup di zaman purbakala dan sekarang saya lagi ngejalaninnya. Beneran ini nyata! Saya lagi gak mimpi 😂😂
Gak nyangka aja. Dan terlebih lagi semakin bersyukur atas hidup yang selama saya lahir hingga sekarang yang di fasilitasi baik oleh kedua orangtua saya. Jadi merasa bersalah dan dosa banget ketika kita pernah mengeluh. Mami, Papi, kak Nay sayang kalian ❤

Begitulah setiap harinya kehidupan yang dijalani. Mau makan enak? Bahan makanannya terbatas. Disini juga gak ada pasar. Dan kalau mau makan sayur harus ke kebun dulu. Itu pun jenis sayurnya terbatas, jadi kadang bosen. Gimana gak bosan, makan dengan menu yang itu-itu saja.
Jadi jangan mimpi bisa makan Steak, kfc, burger, spagetti, ice cream, sate, bakso, somay, pecal, mpekmpek, mango thai, makanan kafe, dll. Jangan! Jangan mimpi! Berat! Kamu gak akan bisa mencicipinya 😁😂.

So, dengan keadaan kayak gini, wajar sih rasa kesepian itu melanda hati. Yang biasanya kita dirumah sudah enak, ada keluarga, teman, sahabat yang bisa di ajak jalan, sekarang ya bisanya cuma lihat foto di galeri pas lagi jalan-jalan dulu bareng keluarga/teman.

Kalau dipikir-pikir ya begitu berat ya kehidupan disini yang dijalani apalagi untuk seorang perempuan yang kampung halamannya jauh di Sumatera Utara sana. Dan ketika masih ada orang yang tidak menghargai kita, rasanya sedih gimana gitu. Apalagi ada orang yang ngak menganggap kita ada. Padahal kita berusaha untuk tetap ada buat dia. Walaupun kita gak memperlihatkannya secara langsung.
Tapi btw, ngak mengapa sih, ALLAH kan tahu apa isi hati kita. Dan ALLAH maha mengetahui semuanya. Dan ketika semuanya berakhir padahal belum memulai dari awal lagi, saya hanya bisa SABAR. Iya, saya Sabar kok 😊😇

Loh, kok saya jadi curhat gini ya? Hahaha maafkan suara hati seorang perempuan yang sedang di pedalaman dan terabaikan ini 😂😊. Oke, bye! 😎

Semoga gak bosen baca cerita/kisahku selanjutnya yaaa 🤗🙏💋

Terimakasih Banyak Papua 🤗

Assalamu'alaykum warohmatullahi wabarokatuh. Finally i'm done! 2 tahun lamanya saya mengabdi di tanah timur Indonesia ini. Gak keb...